Thursday 27 September 2012

Memupuk Benih Kepemimpinan Dikegiatan Dianpinru

SMPIT DARUL ABIDIN - DEPOK
 
Tidak terhitung berapa banyak saya berdiskusi dan mengikuti acara-acara LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) sewaktu menjadi mahasiswa dahulu. Ada dua sudut pandang yang mendasar mengenai apa itu yang disebut dengan kepemimpinan?

Pandangan pertama mengatakan bahwa seorang pemimpin lahir dan menjadi pemimpin dikarenakan faktor-faktor internal dalam diri seorang tersebut. Faktor internal ini banyak elemen yang saling terhubung satu sama lain, misalkan seorang  pemimpin lahir dari orang tua yang juga seorang pemimpin. Atau seorang pemimpin menjadi pemimpin lebih dikarenakan kapabilitasnya yang diakui oleh mereka yang dipimpin.


Berbeda dengan pandangan pertama, pandangan kedua mengatakan bahwa seorang pemimpin itu menjadi pemimpin lebih dikarenakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang itu menjadi pemimpin pada akhirnya. Misalkan, seorang pemimpin menjadi pemimpin karena dirinya dipilih oleh orang lain, baik secara pemilihan langsung ataupun secara de facto.

Kedua sudut pandang tadi bisa dipakai untuk menganalisa setiap kasus terkait kepemimpinan, namun demikian hasilnya tidak bisa digeneralisasikan. Namun demikian, kepemimpinan seseorang harus terlebih dahulu ditumbuhkan dan diberdayakan, sehingga pada akhirnya kita bisa menilai apakah seseorang itu tepat dijadikan sebagai seorang pemimpin atau tidak.

Dianpinru SMPIT Darul Abidin
Sebagai salah satu wadah yang mempersiapkan atau setidaknya membekali nilai-nilai kepemimpinan, Pramuka SMPIT Darul Abidin kembali mengadakan kegiatan Dianpinru (gladian pemimpin regu) yang diadakan selama dua hari satu malam. Kegiatan ini dikhususkan bagi para wakil dan pemimpin regu untuk menempa diri mereka menjadi seorang pemimpin dalam lingkup yang kecil dan sederhana, yakni memimpin diri mereka sendiri. Karena pentingnya nilai acara ini, pihak sekolah kemudian menawarkan kepada para pembinan pramuka untuk juga mengikutsertakan beberapa anak-anak yang memiliki kapasitas menjadi seorang pemimpin namun tidak terpilih sebagai wakil ataupun pemimpin regu. Tentu saja, ide ini disambut positif oleh para pembina pramuka. Total ada sebanyak 58 siswa yang mengikuti kegiatan ini.

Acara Dianpinru dimulai di hari jum’at seusai sholat ashar. Dibuka langsung dengan kak mabigus dalam bentuk upacara pembukaan. Dalam amanatnya kak mabigus menitikberatkan soal kemandirian dan sikap perilaku individu yang baik dalam usaha merubah lingkungan disekitarnya. Usai mendapatkan dorongan semangat dan peresmian kegiatan tersebut, para siswa kemudian ditangani secara langsung oleh bapak-bapak dari unsur kepolisian untuk kemudian berlatih baris-berbaris.

Waktu sholat maghrib pun datang, para peserta bergegas untuk melakukan sholat berjama’ah. Kemudian disusul dengan membaca al-matsurat bersama-sama hingga pukul 18.30 wib. Sembari menunggu datang waktu sholat isya, tampilah para kakak-kakak pendamping regu (kakak kelas 9) di depan mereka untuk berbagi cerita dan pengalaman menarik selama mengikuti kepramukaan di SMPIT Darul Abidin. Mulai dari lomba LT3, Kemnas, hingga lomba galaxi (penggalang beraksi). Meski sederhana, namun kisah-kisah mereka dapat memberikan banyak inspirasi bagi para peserta.

Pukul 20.00 wib seusai shalat isya berjama’ah, para peserta kemudian mempersiapkan diri untuk makan malam. Agar mereka bisa makan malam ini, mereka harus terlebih dahulu memasak sayuran sop yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh para pembina. Dengan panci, sotek, dan kompor mereka mulai memasak. Hasilnya, ada masakan yang belum matang sayurannya, ada yang tidak ada rasanya karena terlalu banyak air dan tidak menggunakan garam, dan sebagainya meskipun satu dua diantara mereka ada yang memasak dengan baik.

Setelah itu, kegiatan langsung berlanjut pada dua sesi acara. Pertama, mengenai tehnik kepramukaan (seperti: tali temali, morse malam, dan membuat tenda), dan kedua diisi dengan persentasi kakak pendamping regu tentang kepemimpinan. Pukul 22.00 wib acara diselesaikan, para peserta masuk ke tenda masing-masing untuk kemudian beristirahat.

Selagi para peserta beristirahat, para pendamping dan pembina pramuka mengadakan rapat internal untuk kegiatan jerit malam dan outbond keesokan paginya. Untuk acara jerit malam diseting dengan menggunakan pos-pos dengan materi-materi yang berbeda. Ada 5 pos yang mesti para peserta lewati secara bersama-sama berdasarkan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Pos pertama akan diisi dengan materi pengetahuan umum kepramukaan, pos kedua diisi dengan uji nyali melewati kegelapan kebun dan mencari nilai DARBI TAKWA dari barang atau benda yang mereka temui di jalan, di pos ketiga akan ada materi struktur kepramukaan secara nasional, di pos keempat akan ada praktek membuat tandu, dan di pos kelima diisi dengan evaluasi dan renungan oleh kakak mabigus.

Acara jurit malam dimulai tepat pukul 02.00 – 04.30 wib dan diakhiri dengan sholat shubuh berjama’ah di masjid. Barulah pada pukul 06.00 wib para peserta kembali berkumpul dilapangan untuk berolahraga bersama-sama. Kurang lebih selama 30 menit para peserta berolahraga pagi kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi. Untuk sarapan pagi ini mereka kembali harus memasak makanan mereka sendiri-sendiri.

Tibalah waktu outbond, waktu untuk mereka bersenang-senang dan melepaskan penat seusai mengikuti serangkaian acara dari satu hari sebelumnya. Outbond terdiri dari beragam kegiatan diantaranya lomba kaki seribu di kolam ikan, bermain penjara alcatraz, lomba menjaga lilin, lomba melewati tali lingkaran, dan mencari tanda pinru dan wapinru serta emblem berkemah.

Menanam Yang Utama Bukan Memetik
Pada hakekatnya hidup itu adalah menanam, bukan memetik. Menanam menjadi sebuah pelatihan panjang yang dikenal dengan sebutan proses. Memetik hanyalah bagian akhir dari sebuah proses panjang tersebut, tentunya dengan rasa suka cita yang mendalam. Namun, salah besar jika hanya memetik yang dijadikan sebuah tujuan.

Dianpinru adalah sebuah proses awal dari kegiatan menanam. Tanaman yang baik akan tumbuh jika diberikan asupan air yang cukup dan dipupuk dengan kadar tertentu. Sedangkan jika kita berbicara soal hasil atau memetik, maka kita butuh waktu menunggu untuk kemudian memetiknya nanti. Waktu disini begitu kompleks, bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, bahkan 10 tahun.

Jika apa yang kita tanam kemudian bisa kita petik, maka bersyukurlah. Karena Tuhan memberikan nikmatnya kepada kita dari apa yang kita kerjakan. Jika apa yang kita tanam belum bisa dipetik, maka bersyukurlah sebab Tuhan mempersiapkan hasilnya untuk generasi yang akan datang.

No comments:

Post a Comment