Monday 22 October 2012

UTS, UN, DAN PROJEK MASA DEPAN PENDIDIKAN SMPIT DARUL ABIDIN

Dalam kalender akademik yang disusun setiap sekolah bisa jadi berbeda satu sama lain. Tentunya dengan berbagai pertimbangan kegiatan yang ada disekolah tersebut. Secara umum, isinya tetap sama, yakni seputar jadwal ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian nasional, dan ditambah dengan ujian sekolah.

Ujian-ujian tersebut pada hakekatnya adalah sebentuk usaha untuk menganalisis dan mengevaluasi para siswa dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dimana sebagai indikator keberhasilannya kemudian dirumuskan dalam bentuk batas nilai KKM di setiap masing-masing mata pelajaran yang diajarkan.


Khusus UN, benang merah dari rangkaian pendidikan dalam mata pelajaran yang telah diajarkan di  sekolah kemudian mengkristal menjadi empat mata pelajaran saja, diantaranya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Disinilah letak perdebatannya kemudian mengalir, bagaimana dengan mata pelajaran yang lainnya. Jika garis finish UN tersebut memang diperuntukan bagi empat pelajaran tersebut, maka garis start bagi pelajaran di luar UN kemudian harus berbeda, termasuk jarak tempuhnya juga berbeda, rutenya juga berbeda, dan tentunya garis finishnya juga berbeda.

Proporsi UTS Dalam Projek
Tanggal 17, 18, dan 19 Oktober 2012 adalah sebuah momentum baru bagi langkah pendidikan bagi SMPIT Darul Abidin. Untuk pertama kalinya dalam buku sejarah akademik sekolah, UTS diluar mata pelajaran yang di UN kan di ganti dari ujian tertulis menjadi projek-projek yang sifatnya individu, berpasangan ataupun berkelompok.

Projek tersebut diantaranya IPS, Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Bahasa Arab dimana kegiatannya berlangsung setelah para murid menyelesaikan UTS secara tertulis di tanggal 15 dan 16 Oktober sebelumnya. Dengan susunan sebagai berikut: Matematika dan Bahasa Inggris di hari pertama dan diikuti IPA dan Bahasa Indonesia di hari selanjutnya.

Projek IPS kemudian menyusul dengan beragam tema disesuaikan dengan tingkatan kelasnya. Projek kelas 7  dibagi dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah membuat scrapbook dengan tema penjajahan kolonial belanda dan juga mengenai sejarah Wali Songo, tokoh yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. Ada juga pembuatan komik dengan tema penjajahan dan terakhir pembuatan mading tokoh inspiratif yang berasal dari daerah Jawa Barat. Projek kelas 8 dibagi dalam dua bentuk berupa pembuatan maket pasar dan pembuatan iklan untuk mempromosikan maket yang dibuat oleh teman sekelompoknya. Sedangkan kelas 9 para materi projek lebih fariatif lagi, seperti membuat movie maker, mading, penulisan essay dan juga komik dengan tema-tema seperti perang dunia ke 2, agresi militer I dan II, pembebasan Irian Barat dan sejarah Indonesia tahun 98’.

Dari projek IPS kita ke projek PAI di hari berikutnya. Para murid kelas 7 diminta untuk menyusun Asmaul Husna secara berurutan diselembar kertas kemudian mencocokannya dengan pengertiannya, setelah itu mereka diminta untuk praktek lisan dalam bentuk menyanyikan sifat-sifat Allah dengan irama masing-masing murid yang khas.

Para murid kelas 8 diminta untuk menyusun ayat-ayat sajadah disesuaikan dengan nama surat yang tepat dalam Al-Qur’an dan kemudian mempraktekan sujud tilawah, sujud syahwi, dan juga sujud syukur secara individu.

Para murid kelas 9  lain lagi, projek PAI diintegrasikan dengan Projek Bahasa Arab. Para murid mendapatkan sebuah gambar dengan tema tertentu kemudian mereka memilih tulisan dalam Bahasa Arab yang cocok dengan gambar tersebut untuk kemudia mereka buat refleksinya secara tertulis dalam sebuah kolom.

Projek terakhir adalah Bahasa Arab, dimana para siswa kelas 7 secara berpasangan membuat video percakapan perkenalan dengan menggunakan Bahasa Arab. Agar memudahkan proses penilaian isi dialog telah dibuat secara umum, sehingga para murid hanya tinggal merubah nama, alamat tempat tinggal, dan hobi mereka. Dan, untuk para siswa kelas 8 mereka diminta untuk membuat jam dinding dari barang bekas yang kemudian mereka persentasikan jam tersebut kepada guru pengawas untuk kemudian menyesuaikan arah jam dari waktu yang diminta oleh guru tersebut.

Projek Sebagai Pilihan Pendidikan Alternatif  
Kurang lebih itulah bentuk-bentuk projek yang dibuat dan dirancang sedemikian rupa bagi para siswa SMPIT Darul Abidin. Para siswa diberikan alternatif dalam artian pilihan, ya siswa memilih teman untuk berpasangannya, siswa memilih teman sekelompoknya, dan para siswa memilih pojek yang akan dikerjakan dan diniliai sesuai dengan ketertarikan mereka. Alternatif dengan beragam pilihan dengan tujuan atau ‘goal’ yang sama.

Kapan kita membutuhkan sebuah jalan alternatif? Kapan kita membutuhkan ide atau gagasan alternatif dalam memecahkan sebuah permasalahan atau persoalan? Dan kapan kita membutuhkan alternatif pendidikan untuk meruntuhkan tembok besar yang bernama standarisasi pendidikan nasional yang kemudian terjewantahkan dalam UN?

Kita akan membutuhkan jalan alternatif disaat kondisi jalan raya padat merayap atau bahkan macet total. Kita membutuhkan ide atau gagasan alternatif disaat pendekatan-pendekatan tertentu dalam penyelesaian masalah atau persoalan tidak berujung pada keberhasilan. Dan kita membutuhkan alternatif pendidikan disaat kita sudah meyakini bahwa setiap ilmu pengetahuan yang terkandung dalam setiap mata pelajaran sama nilainya dan pentingnya bagi para siswa. Sehingga UN bukan satu-satunya yang mencerminkan kualitas seseorang dalam standarisasi nilai pendidikan secara nasional.

UN penting bagi masa depan pendidikan, dengan catatan jika kualitas sumber daya, materi, dan juga fasilitas disetiap sekolah juga telah terstandarkan. Diluar UN itu juga penting, bagaimana pendidikan tetap menjaga regenerasi ilmu pengetahuan baik yang bersifat ataupun teori berlangsung prosesnya, tanpa merasa berendah diri karena tidak masuk dalam kategori mata pelajaran yang di UN-kan.

by Imam Sapargo

No comments:

Post a Comment